Marabahan, BARITO
Rencana kebijakan Pemerintah Kabupaten Barito Kuala (Pemkab Batola) yang akan ‘merestui’ wilayah Kecamatan Kuripan ‘disulap’ menjadi area perkebunan kelapa sawit, menuai perdebatan.
Pro kontra atas rencana perkebunan kepala sawit di wilayah ujung Utara Batola tersebut, terungkap dalam dialog publik antara Bupati Batola Hasanuddin Murad dengan sejumlah eleman masyarakat di Kota Bahalap, kemarin.
Fitriansyah, salahseorang perserta dialog dari LSM Kompak terang-terang menolak rencana pemkab tersebut. Alasan penolakan aktivitis berkepala agak plontos ini, lantaran tanaman kelapa sawit dituding akan merusak ekosistem yang ada.
“Dalam beberapa kesempatan saya sudah saling bertukar pikiran kepada masyarakat setempat (Kuripan, red). Kepada saya mereka mengungkapkan kekhawatiannya jika wilayahnya mereka dijadikan lokasi perkebunan sawit,” terang Fitri seraya menambahkan di Kuripan rata-rata masyarakatnya berusaha sebagai pencari ikan dan pencari kayu galam.
Dikatakan Fitri lagi, dari kacamata warga, jika rencana perkebunan sawit nanti benar-benar terealisasi maka bukan tidak mungkin akan berpengaruh negatif kepada mata pencaharian penduduk sekitar yang notabene telah dilakoni sejak nenek moyang mereka teradahulu.
Lain lagi komentar Noor Dachliyanie. Peserta dialog yang berlatarbelakang pers ini menyebut, tanaman kelapa sawit itu sangat rakus dengan unsur hara. Dan dampaknya tentu berpengaruh kepada tanaman lainnya.
Bupati Batola Hasanuddin Murad mengemukakan, rencana kebijakan pemkab untuk menjadikan wilayah Kuripan sebagai lokasi perkebunan sawit tentu tidak asal saja dilakukan.
“Sebelum benar-benar menjadi kebijakan, tentu kita akan terlebih dahulu melakukan studi kelayakan. Dan hasil studi kelayakan itu pula lah yang nanti menjadi pertimbangan kebijakan,” terang bupati.
Lebih lanjut dijelaskan bupati, merubah kebiasaan penduduk sekitar memanglah tidak gampang. Tetapi kalau itu memang harus menjadi pilihan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, maka pemkab harus memikirkanya.
“Kita pasti tahu, berapa orang sih warga asli Kuripan yang mampu menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, misal sampai S1 dan S2. Hal ini terjadi lantaran sampai sekarang warganya masih terhimpit dengan faktor ekonomi,” tandas Hasanuddin.
Ke depannya, bupati tidak ingin kisah serupa kembali terjadi kepada warganya, hanya karena alasan faktor ekonomi.
“Caranya, tentu kita harus memikirkan bagaimana agar pendapatan masyarakat Kuripan bisa meningkat. Nah, salahsatu yang saya rasa bisa menjadi solusi yakni dengan berkebun kelapa sawit,” sebut bupati.
Sementara menjawab pohon sawit rakus akan unsur hara, Hasanuddin pun tak menyangkalnya. Namun dijelaskan bupati, rencana kebun sawit di Kuripan berada di lahan kosong sekitar hutan pohon galam.
“Jadi, meski rencana ini jadi juga, Insya Allah tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman lainnya, termasuk area persawahan warga. Sedangkan pohon galam sendiri, diyakini tak akan punah dengan kehadiran kebun sawit. Sebab walaupun tidak ditanam galam akan tumbuh sendiri,” imbuh bupati.
Sekedar diketahui, di Batola sendiri, kini sudah mulai menggarap perkebunan sawit. Yang mulai beroperasi adalah PT Putra Bangun Bersama (PT PBB). Investasi awal PBB untuk berkebun sawit di wilayah Kecamatan Jejangkit ini sebesar Rp200 miliar. ody
Sumber harian BARITO POST
Read Full Post »