Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Desember, 2007

Oleh : Nasrullah

Ketika membaca buku Pramoedya Ananta Toer berjudul ‘Jalan Raya Pos, Jalan Daendels’, saya terpikir seandainya ada jalan darat yang Kabupaten Batola dengan HSU dan Barito Selatan (Barsel). Pram memang tidak sedikit pun menyinggung keadaan Kalimantan, ia menulis Jalan Raya Pos di zaman Belanda itu di Pulau Jawa. Saya tidak mengambil sisi buruk dari cerita dalam buku Pram itu. Untuk misi penyelesaian jalan, terjadi genosida terhadap rakyat Jawa. Kabarnya puluhan ribu orang meninggal dunia. Melainkan memberikan inspirasi, Jalan Raya Pos tersebut mampu menghubungkan antarkota di Pulau Jawa. (lebih…)

Read Full Post »

Tentang ngayau, beberapa hari lalu saya dapat sms, “Muara teweh mencekam ketakutan karena ditemukan 10 mayat anak2 tanpa kepala menurut impormasi dicari 1200 kepala manusia untuk bhn sajian lumpur lapindo jw timur di ingatkan kpd smua warga klmntan jika ada orang yg mncuriga kan segra tangkap dn lapor ke polisi segra sebarkan”
Sengaja saya dengan kata asli, supaya kita mungkin bisa menganalisa teks:
1. Kalo maling yang bikin ulah, sebagaimana pendapat masyarakat. Artinya maling hendak memperkeruh suasana dengan menggunakan isu ngayau via sms, kemungkinan maling ini cerdas kalau melihat isi bahasa sms yang dipakai. Dan dia menggunakan singkatan yang mudah dipahami.
2. Sasaran ngayau adalah anak-anak dengan target 1200 kepala, cukup sebagai “racun potas” membikin orang kampung atau orang tua pusing memikirkan anaknya. Bahkan diserukan level warga Kalimantan.
3. Yang aneh kenapa mesti lumpur Lapindo Jawa Timur, dikaitkan. Kebiasaan isu Ngayau untuk pembangunan jembatan, dulu berhubungan dengan Jembatan Kahayan sebagai bahan isu, sayup-sayup ada juga jembatan Barito. Anehnya jembatan Rumpiyang Marabahan tidak masuk dalam daftar isu Ngayau.
4. Kebiasaan pola isu ini sistem silang, Misalnya ada isu ngayau di Muara Teweh, dan dihembuskan ke Marabahan. Seperti itu jua sebaliknya sampai ke Muara Teweh bahwa di Marabahan terjadi ngayau. Jadi orang di dua tempat tempat abut, padahal tidak terjadi apa-apa.

5. Ternyata terjadi perluasan areal isu, versi lain tadi isunya dari Martapura, naik ke atas (Hulu Sungai). Jadi berantai dan menyebar kemana-mana, khususnya Kalsel dan Tengah.
6. Pihak kepolisian semestinya tidak hanya melihat apakah ada atau tidak korban, namun perlu juga melihat atau kalau bisa menangkap siapa yang membuat isu? Kenapa isu ngayau yang menjadi pilihan dan disebarkan? Kondisi politik sekarang bagaimana adakah hubungannya? Bahasa yang digunakan jika medianya via sms penting untuk mengetahui tingkat kemampuan pengirim isu? Kemudian dari isu tersebut kira-kira tujuan pokoknya apa?
7. Bagi masyarakat kalau isu tersebut menyebar via sms, semestinya juga dilawan dengan sms. Maksud saya, gunakan fasilitas komunikasi via sms untuk meng cross-check ke suatu daerah terkait dengan isu tersebut. Jadi jangan cepat mengambil kesimpulan, sebelum melakukan confirmasi untuk mengetahui keadaan sebenarnya
8. Yang namanya isu memang cepat menyebar dan menjadi perbincangan. Yang menarik tentu ada apa dibalik isu tersebut?
9. Semoga Damai untuk Kita semua.

Read Full Post »

Marabahan, BARITO
Rencana kebijakan Pemerintah Kabupaten Barito Kuala (Pemkab Batola) yang akan ‘merestui’ wilayah Kecamatan Kuripan ‘disulap’ menjadi area perkebunan kelapa sawit, menuai perdebatan.
Pro kontra atas rencana perkebunan kepala sawit di wilayah ujung Utara Batola tersebut, terungkap dalam dialog publik antara Bupati Batola Hasanuddin Murad dengan sejumlah eleman masyarakat di Kota Bahalap, kemarin.
Fitriansyah, salahseorang perserta dialog dari LSM Kompak terang-terang menolak rencana pemkab tersebut. Alasan penolakan aktivitis berkepala agak plontos ini, lantaran tanaman kelapa sawit dituding akan merusak ekosistem yang ada.
“Dalam beberapa kesempatan saya sudah saling bertukar pikiran kepada masyarakat setempat (Kuripan, red). Kepada saya mereka mengungkapkan kekhawatiannya jika wilayahnya mereka dijadikan lokasi perkebunan sawit,” terang Fitri seraya menambahkan di Kuripan rata-rata masyarakatnya berusaha sebagai pencari ikan dan pencari kayu galam.
Dikatakan Fitri lagi, dari kacamata warga, jika rencana perkebunan sawit nanti benar-benar terealisasi maka bukan tidak mungkin akan berpengaruh negatif kepada mata pencaharian penduduk sekitar yang notabene telah dilakoni sejak nenek moyang mereka teradahulu.
Lain lagi komentar Noor Dachliyanie. Peserta dialog yang berlatarbelakang pers ini menyebut, tanaman kelapa sawit itu sangat rakus dengan unsur hara. Dan dampaknya tentu berpengaruh kepada tanaman lainnya.
Bupati Batola Hasanuddin Murad mengemukakan, rencana kebijakan pemkab untuk menjadikan wilayah Kuripan sebagai lokasi perkebunan sawit tentu tidak asal saja dilakukan.
“Sebelum benar-benar menjadi kebijakan, tentu kita akan terlebih dahulu melakukan studi kelayakan. Dan hasil studi kelayakan itu pula lah yang nanti menjadi pertimbangan kebijakan,” terang bupati.
Lebih lanjut dijelaskan bupati, merubah kebiasaan penduduk sekitar memanglah tidak gampang. Tetapi kalau itu memang harus menjadi pilihan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, maka pemkab harus memikirkanya.
“Kita pasti tahu, berapa orang sih warga asli Kuripan yang mampu menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, misal sampai S1 dan S2. Hal ini terjadi lantaran sampai sekarang warganya masih terhimpit dengan faktor ekonomi,” tandas Hasanuddin.
Ke depannya, bupati tidak ingin kisah serupa kembali terjadi kepada warganya, hanya karena alasan faktor ekonomi.
“Caranya, tentu kita harus memikirkan bagaimana agar pendapatan masyarakat Kuripan bisa meningkat. Nah, salahsatu yang saya rasa bisa menjadi solusi yakni dengan berkebun kelapa sawit,” sebut bupati.
Sementara menjawab pohon sawit rakus akan unsur hara, Hasanuddin pun tak menyangkalnya. Namun dijelaskan bupati, rencana kebun sawit di Kuripan berada di lahan kosong sekitar hutan pohon galam.
“Jadi, meski rencana ini jadi juga, Insya Allah tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman lainnya, termasuk area persawahan warga. Sedangkan pohon galam sendiri, diyakini tak akan punah dengan kehadiran kebun sawit. Sebab walaupun tidak ditanam galam akan tumbuh sendiri,” imbuh bupati.
Sekedar diketahui, di Batola sendiri, kini sudah mulai menggarap perkebunan sawit. Yang mulai beroperasi adalah PT Putra Bangun Bersama (PT PBB). Investasi awal PBB untuk berkebun sawit di wilayah Kecamatan Jejangkit ini sebesar Rp200 miliar. ody
Sumber harian BARITO POST

Read Full Post »

BADEWA, upacara ritual khas Suku Bakumpai yang merupakan sub suku Dayak Ngaju. Upacara ini bertujuan untuk menyembuhkan orang sakit, yang dalam bahasa Banjar disebut Batatamba.

Upacara Badewa tumbuh dan berkembang sebelum Islam merasuki Kabupaten Barito Kuala. Berawal dari sebuah keluarga yang masih tergolong Suku Bakumpai, mereka mempercayai serta meyakini kekuatan roh-roh Gaib. (lebih…)

Read Full Post »

Manusia dalam kehidupannya tidak lepas dari upacara, bukan hanya upacara bendera dalam Tujuh Belas Agustusan, Upacara Pengantinan. Juga upacara pengobatan. Nah bagi masyarakat Dayak upacara pengobatan (batatamba) itu, lebih dikenal dengan Balian. Namun orang Bakumpai juga mengenal istilah tersebut dengan Badewa. (lebih…)

Read Full Post »

(Sebuah Kegelisahan di Akhir Tahun)

Saya berbahagia ketika pilkada Batola menghasilkan pasangan pemimpin baru, membawa penyegaran di bidang pemerintahan dan visi-misinya menjanjikan masyarakat Batola keluar dari segala ketertinggalan, caranya mengembalikan tradisi masyarakat Batola sebagai petani. Saya menaruh optimis akan hal tersebut, pertanian seperti menanam padi sangat sesuai dengan nalar orang Batola sebab berhubungan dengan natur (alam) dan kultur (kebudayaan) mereka sendiri.
Namun pasangan kepala daerah terpilih untuk membangun Batola dari sekarang hingga lima tahun ke depan, bukanlah seperti menggambar di atas kanvas putih. Sudah ada pelukis sebelumnya, barangkali pilihan warna maupun teknik goresannya bisa sama bisa juga sangat berbeda. Maka perlu diselaraskan kembali, atau bahkan direvisi. Konteks inilah mungkin berhubungan dengan apa yang akan saya sampaikan.
Ketika saya menerima kabar dari Kuripan salah satu kecamatan di Batola, disana beberapa wilayah desa rencananya akan didirikan perkebunan kelapa sawit. Magi masyarakat sejenak bisa dirasakan perkebunan kelapa sawit menghembuskan kabar baik sebagai perbaikan hidup, terbukanya lapangan kerja begitu luas. Apalagi mimpi indah perkebunan kelapa sawit adalah dengan sistem plasma. Tanah milik warga digunakan oleh warga sendiri untuk menanam sawit, perusahaan terkesan tidak memiliki lahan bahkan berbaik hati mengusahakan agar masyarakat memiliki sertifikat atas tanah tersebut. (lebih…)

Read Full Post »

Saatnya Bendera Dikibarkan

(Mengenang Peristiwa 5 Desember 1945)
Oleh: Nasrullah

“Mulai saat ini distrik Bakumpai Menjadi wilayah Republik Indonesia.” (M Sjahruddin)
Pada pagi hari 5 Desember 1945 itu, terjadilah ‘peristiwa bendera’, sebagaimana penuturan ZA Maulani dalam bukunya Melaksanakan Kewajiban Kepada Tuhan dan Tanah Air Memoar Seorang Prajurit TNI (2005) yang terbit setelah beliau berpulang ke Rahmatullah, bahwa rakyat berhimpun di depan kantor kyai (wedana) di Ngaju Kantor. Dengan bersenjatakan dua pucuk, saya ulangi, dua pucuk senapan (satu di antara senapan locok untuk berburu) dari ni tuwe (kakek) saya Haji Idris, beragam senjata tajam, tombak, mandau. Samurai, dan takiari (bambu runcing), dan setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya, bendera merah putih pun dikerek. (lebih…)

Read Full Post »